Tawuran remaja usia sekolah belakangan semakin marak. Aksi mereka bertambah brutal, tak segan-segan mencabut nyawa orang lain. Selain pengaruh dari lingkungan, peran orang tua sangat besar. Bahkan sejak bayi.
"Kalau saat ini remaja banyak yang terlibat tawuran, perlu dilihat kembali nutrisi pada 1.000 hari pertama umur mereka," kata Dr Saptawati Bardosono, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Yogyakarta seperti dilansir Tempo.
Bisa jadi, kata dia, para pelajar yang rata-rata berusia remaja itu terlibat dalam kasus perkelahian antarpelajar karena kurang mendapat nutrisi saat 1.000 hari pertama kehidupannya. Apalagi, pada 1998, terjadi krisis ekonomi. Sangat mungkin asupan gizi mereka saat itu kurang karena harga-harga kebutuhan melonjak drastis. Pada 1998 itu, para pelajar yang terlibat tawuran saat ini masih berusia antara 0-3 tahun.
Meskipun masih perlu didalami dan dilakukan penelitian yang lebih lagi, kekurangan gizi atau nutrisi saat krisis ekonomi itu sangat mungkin terjadi.
"Jika nutrisi pada 1.000 hari pertama umur anak tidak terpenuhi, akan terjadi gangguan fungsi otak. Secara kognitif, apa yang dipikirkan, dirasakan, diatur oleh otak. Jika fungsi otak bermasalah, perilaku juga bermasalah: emosional, cepat marah," imbuh Saptawati.
Selain kelebihan atau kekurangan gizi pada masa kanak-kanak bisa berpengaruh pada emosi, saat dewasa bisa mengidap obesitas (kegemukan), diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, mudah emosi, dan lain-lain.
"Untuk menemukan solusi yang holistik bagi permasalahan nutrisi anak, perlu ada kemitraan antara komunitas kesehatan masyarakat, swasta, dan pemerintah," pungkasnya.
Artikel Terkait: